Senin, 07 Maret 2011

MUDIK

Duluuuu banget, saya punya cita-cita bekerja di tempat yang jauh dari rumah, jadi kalo lebaran bisa ngerasain mudik. Serunyaaaa… dan akhirnya kesampaian juga.
Sekarang ini buat saya, pulang ke rumah orang tua adalah mudik, nggak harus setahun sekali. Saya sendiri mudiknya nggak tentu, bisa sebulan sekali, bisa juga lebih atau kurang. Tergantung mood aja, soalnya perjalanan dari kota tempat tinggal ke kampung halaman sekitar 4 jam.
Setiap mudik, saya selalu dapat cerita-cerita lucu. Mudik kali ini, seperti biasanya sepulang kantor saya langsung meluncur ke terminal terbesar di Indonesia Timur. Eh ndilalah
kok ya di terminal kok ya bis yang ke Malang tu kosong. Akhirnya saya ambil bis lain yang via Pare – Kediri meskipun nanti saya harus minta dijemput di terminal kota yang jaraknya sekitar 7 km dari rumah.
Bis Surabaya-Blitar via Pare ini masuk bis patas yang merupakan akronim cepat terbatas. Tapi kenyataannya nggak begitu, cepat juga nggak, terbatas juga nggak. Toh dengan bis patas imut ini saya masih harus duduk 4,5 jam, udah gitu tempat duduknya juga tidak 2 – 2 dalam satu baris, tapi 2 – 3. Artinya bis ini sebenernya tidak cocok disebut patas soalnya kelebihan dari bis lainnya cuma ac aja, dan cuma bis merk ini aja yang punya trayek Surabaya-Blitar via Pare selain travel tentunya. Yang lebih parah, bis ini menghalalkan penumpangnya untuk upacara alias berdiri dan duduk di atas kursi plastik kecil yang ditaruh di sebelah supir.
Mudik kemaren yang ketiban duren duduk di kursi special (karena beda dengan kursi lain) adalah seorang mbak-mbak item manis berambut panjang sepinggang. Dasarnya saya tuh orang yang suka merhatiin orang sambil bengong, alhasil saya lirik dia (saya nggak berani melototin terang-terangan, takut saya didamprat) up and down, dari ujung rambut sampe ujung kaki. Rambutnya panjang, hitam, lurus, cocok jadi bintang iklan shampoo nggantiin Anggun C. Sasmi. Kulit item (padahal saya juga nggak putih, tapi juga nggak seitem dia), wajah manis, pake anting emas yang modelnya nggantung panjang trus banyak ornamennya, kaos, cardigan dan celana ala jasmine panjang selutut warna abu-abu yang bahannya kaos dan agak tipis, plus sepatu putih.
Selesai lihat bajunya, saya bengong lihat bibirnya yang seksi melati kaya angelina jolie. Tapi yang ini hasil perbuatan silikon, begitu juga hidungnya yang kecil tapi menthul aneh. Mata saya ngelirik lagi turun ke tangannya. Melihat jari-jarinya, saya jadi inget tukang pijet langganan saya, temen kost saya dulu dan temen-temennya yang dikenalin ke saya yang pernah dan masih bekerja di pitrad. Dari mereka saya mengambil teori yang sangat subyektif tentang tangan mbak-mbak pemijat. Yang saya perhatikan, mereka cenderung punya jari-jari kuat dan buku-buku jari yang besar. jarinya juga ikut membesar, tapi kukunya tetep kecil dan bagus. Otot jari dan otot lengan bawah kuat, mungkin karena mereka bekerja dengan tangan dan jari khususnya, makanya ototnya kuat dan jarinya melebar dengan ruas membesar.
Walhasil sepanjang 4.5 jam lebih saya melototin dia karena dia duduk menghadap saya. Bukan salah saya dong kalo saya menilai dia seperti itu.. sepanjang perjalanan itu, dia sibuuuk banget terima telpon dan sms. Kalo dari ngomongnya sih, kayaknya dia mau menggugat cerai suaminya tapi suaminya nggak mau. Saya jadi inget lagi dengan cerita temennya temen kost saya yang dia bela-belain kerja di pitrad demi ngidupin anaknya di kampung. Rata-rata mereka punya alasan sama kenapa sampe akhirnya kerja disitu.
1 hal yang sebenernya ngganjel di hati saya adalah, sampe kapan ya mbak-mbak yang besar kemungkinan adalah korban trafficking itu bisa keluar dari lingkaran setan dunianya???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar